Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan

 


Oleh: Nur Laela Masruroh

KH. Hasyim Asy’adi lahir pada hari Selasa 24 Dzulqa’dah 1287/14 Februari 1871 M di Gedang, utara kota Jombang. Hasyim Asyari kecil tumbuh dalam didikan ayahnya sendiri. Menginjak remaja, beliau dikirim orang tuanya belajar di berbagai pondok pesantren termasyhur di pulau Jawa, bahkan sampai Makkah al Mukarramah dan menetap bertahun-tahun di sana.

Sepulang dari Makkah, beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng dan Madrasah Salafiyah Syafiiyah. Di lembaga yang baru didirikannya itu, dengan tekun beliau menggembleng dan mendidik para santri yang datang dari berbagai penjuru tanah air.


Luasnya ilmu pengetahuan dan semangat perjuangan yang dimiliki semakin mengokohkan posisinya sebagai figur alim yang amat dihormati, disegani dan dijadikan panutan.

Dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren serta lamanya bergelut dalam aktifitas keilmuan dan pendidikan mempengaruhi pola pikir dan pandangannya. Salah satu karyanya tentang pendidikan termuat dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim fima Yahtaj all Muta’allim fi Ahwal Ta’allum ma Yatawaqqaf al Mu’allim fi Maqamat Ta’limih. Dalam kitab ini ia menjelaskan tujuan utama mempelajari ilmu pengetahuan yaitu pengalaman. Hal ini dimaksudkan supaya ilmu memiliki manfaat sebagai bekal kehidupan di dunia dan akhirat.

Menurut beliau, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam aktifitas pendidikan. Pertama, bagi penuntut ilmu hendaknya memiliki niat yang suci, yaitu tidak berniat untuk hal-hal duniawi. Kedua, bagi guru hendaknya meluruskan niat sebelum mengajar, yaitu tidak semata-mata mengharapkan imbalan materi. Oleh karena itu, sebagai pembelajar harus meniatkan diri mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam melalui belajar dengan sungguh sungguh.

Pendidikan hendaknya mampu mengantarkan manusia menuju kemaslahatan hidup dan kebahagian dunia akhirat. Pendidikan juga harus mampu mengembangkan generasi muda menjadi penerus bangsa yang maju agar tidak dibodohi bangsa lain.

Dalam karyanya itu, KH. Hasyim Asyari secara detil menjelaskan perihal etika yang harus dimiliki pelaku pendidikan. Hal ini bisa dilihat dalam isi pembahasan kitabnya, yaitu menyangkut etika pelajar terhadap guru, etika belajar, etika bagi guru, etika mengajar, etika guru terhadap murid, dan etika buku atau sarana penunjang belajar.

Pemikiran KH. Hasyim Asyari menjadi rujukan bagi umat Islam di Indonesia khususnya dalam pendidikan yang menekankan persoalan etika. Dalam banyak hal, KH. Hasyim Asyari memiliki sikap terbuka terhadap nilai-nilai tradisi yang berasal dari luar Islam. Hal ini terumuskan dalam konsep besarnya al-muhafadzatu ‘ala alqadim as- shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah (melestarikan tradisi lama yang baik sembari menyerap hal-hal baru yang juga dianggap baik atau lebih baik).

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri Walisongo (UIN) Semarang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pertanggung jawaban (LPJ) Pr. Ipnu Ippnu Masa Khidmah 2018-2020.